RSS

Rabu, 23 Februari 2011

SOAL ARAH PERGOLAKAN TIMUR TENGAH

Tajuk rencana
Kompas, 7 Februari 2011
SOAL ARAH PERGOLAKAN TIMUR TENGAH
Arah pergolakan di Timur Tengah masih sulit diramalkan, tetapi mulai dibandingkan dengan situasi di Eropa Timur akhir dasawarsa 1980-an.
Mungkinkah skenario  perubahan di Eropa Timur sekitar 30 tahun lalau akan terulang di kawasan Timteng? Tidak ada yang berani meramalkan. Gerakan prodemokrasi di Eropa Timur merontokkan satu per satu kekuasaan komunisme. Uni Soviet pun ambruk dan Perang Dingin berakhir.
Perubahan besar menerjang semua negara Eropa Timur, tanpa terkecuali. Dunia terkesima atas perkembangan yang berlangsung di luar dugaan itu. Gelombang perubahan seperti menggulung ibarat tsunami sejak Tembok Berlin dirobohkan pada 1989.
Bagaimana dengan Timteng? Kawaasan Timteng tidak mempunyai pusat gravitasi politik seperti Tembok Berlin. Para pengamat menyatakan, Kairo bukanlah Berlin. Tunis, ibu kota Tunisia, tidak bisa disamakan dengan Berlin. Begitu juga Sana’a, ibu kota Yaman.
Meski banyak perbadaan, tututan reformasi dan demokratisasi di berberapa negara Timteng saat ini praktis sama kerasnya saperti di Eropa Timur akhir dasawarsa 1980-an. Gemuruh seruan itu benar – benar mengusik dan menggetarkan semua pemimpin di kawasan Timteng yang umumnya memerintah secara tidak demokratis.
Apalagi kaum demonstran tidak hanya menuntut reformasi dan demokratisasi, tetapi juga pengunduran diri para pemimpin otoriter dan korup. Persoalan berikutnya tentu saja menyangkut pemindahan kekuasaan yang diharapkan akan memberikan ruang bagi proses demokratisasi dan penghargaan terhadap hak asasi manusia.
Tidak sedikit pula yang mencemaskan kemungkinana militer atau kaum ekstremis membajak gerakan rakyat di Mesir atau negara – negara tetangganya untuk mengambil alih kekuasaan. Jika hal itu sampai terjadi, proses demokratisasi kembali sulit dilaksanakan. Persoalan lebih pelik dan kritis diperkirakan akan berkepanjangan.
Pesimisme memang mulai muncul ketika rakyat Mesir tidak kompak dalam gerakan prodemokratisasi dan menuntut pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak. Rakyat Mesir terkesan mudah diadu domba sehingga muncul kelompok pendukung dan penentang Mubarak.
Kenyataan itu memperlihatkan situasi kontras dengan gerakan di Eropa Tmur yang memang memiliki latar belakang budaya, mentalitas, dan kondisi persoalan yang berbeda. Atas pertimbangan itu, apa yang cocok di Eropa Timur belum tentu sesuai dengan kondisi Timteng.
Bangsa – bangsa Timteng diharapakan dapat menemukan jalannya sendiri menuju proses demokratisasi. Sebagai tantangan mendesak tentu saja, bagaimana pergolakan di Mesir dan para tetangganya saat ini tidak boleh dibiarkan berlarut – larut dan membusuk, yang dapat membawa resiko pertumpahan darah lebih banyak.
Point – pointnya :
1. Keadaan Timteng berbeda dengan situasi di Eropa Tmur yang memiliki latar belakang budaya, mentalitas, dan kondisi persoalannya. Jadi yang terjadi di Eropa Timur belum tentu sesuai dengan kondisi Timteng.
2. Bangsa – bangsa Timteng diharapkan dapat menemukan jalannya sendiri menuju proses demokratisasi. Karena jika dibiarkan berlarut – larut dan membusuk, yang terjadi hanya membawa resiko pertumpahan darah lebih banyak.
3. Sifat Pesimisme mulai muncul ketika rakyat Mesir tidak kompak dalam gerakan prodemokratisasi dan menuntut pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak. Rakyat Mesir terkesan mudah diadu domba sehingga muncul kelompok pendukung dan penentang Mubarak.
Inti paragraf :
Apalagi kaum demonstran tidak hanya menuntut reformasi dan demokratisasi, tetapi juga pengunduran diri para pemimpin otoriter dan korup. Persoalan berikutnya tentu saja menyangkut pemindahan kekuasaan yang diharapkan akan memberikan ruang bagi proses demokratisasi dan penghargaan terhadap hak asasi manusia. ( paragraf 5 )
Ulasan yang diambil dari inti tersebut :
Kawaasan Timteng tidak mempunyai pusat gravitasi politik seperti Tembok Berlin. Para pengamat menyatakan, Kairo bukanlah Berlin. Tunis, ibu kota Tunisia, tidak bisa disamakan dengan Berlin. Begitu juga Sana’a, ibu kota Yaman.
Jadi, di dalam menyelesaikan persoalan yang terjadi saat ini, negara Timteng tidak mempunyai stategi khusus dalam memecahkan masalah.
Kesimpulan :
Bangsa – bangsa Timteng diharapakan dapat menemukan jalannya sendiri menuju proses demokratisasi. Sebagai tantangan mendesak tentu saja, bagaimana pergolakan di Mesir dan para tetangganya saat ini tidak boleh dibiarkan berlarut – larut dan membusuk, yang dapat membawa resiko pertumpahan darah lebih banyak.
Saran :
Timteng harus punya strategi khusus untuk menyelesaikan masalahnya yang terjadi di negaranya. Agar tidak banyak yang berjatuhan.